Pernahkah Anda merasa malas, lelah atau bahkan merasa tertekan setelah menjalani periode liburan sendirian atau bersama orang-orang terkasih? Well, Anda bukan satu-satunya orang yang merasakan kondisi tersebut. Bahkan, kondisi yang memengaruhi mood seseorang setelah menjalani liburan itu memiliki istilah medisnya sendiri, post holiday blues.
Yang kemudian menjadi pertanyaan kemudian, mengapa kondisi tersebut muncul? Bukannya setelah menjalani liburan, individu tersebut seharusnya berada di kondisi terbaiknya untuk kembali menjalani rutinitas? Apakah kondisi ini membahayakan kesehatan mental? Adakah cara mengatasi kondisi tersebut?
Artikel ini berusaha menjawab sejumlah pertanyaan di atas. Mengambil dari sejumlah sumber, di bawah ini adalah penjelasan mengenai post holiday blues.
Apa itu post holiday blues?
Mengutip dari Wikipedia, post holiday blues memiliki nama lain, di antaranya post vacation blues untuk mereka yang tinggal di Amerika dan Kanada, atau post travel depression (PTD). Di Jepang, fenomena ini didefinisikan sebagai gogatsu-byou, yang berarti “May sickness“, di mana sejumlah orang merasa tertekan satu bulan setelah memulai sekolah, kuliah atau pekerjaan baru, karena situasinya di luar ekspektasi.
Kondisi ini mengacu pada perasaan jangka pendek yang dialami individu setelah liburan, seperti rasa sedih, kesepian, lelah, lesu, tekanan mental, atau bahkan ketakutan.
Semakin lama perjalanan berlangsung, semakin intens kondisi ini dialami. Pasalnya, setelah sebagian orang pulang ke rumah, mereka menyadari gaya hidup normal mereka tidak menarik jika dibandingkan dengan aktivitas yang mereka lakukan saat berlibur. Semakin pendek perjalanannya, semakin mudah untuk menyesuaikan kembali ke rutinitas normal.
Bisa disimpulkan bahwa post holiday blues merupakan periode sementara setelah liburan di mana seseorang mengalami perasaan tertekan, cemas dan sedih. Perasaan ini mungkin muncul karena ekspektasi atau kenangan yang tidak realistis seputar masa liburan.
Apa yang bisa memicu kondisi ini?
Menurut Paul Nestadt, MD, co-director John Hopkins Anxiety Disorders Clinic, dan juga merupakan assistant professor Psychiatry and Behavioural Sciences kepada Health, faktor pemicu post holiday blues setiap orang bisa berbeda-beda.
Pada intinya, liburan menawarkan momen menjauh dari rutinitas dan periode istirahat. Aktivitas liburan yang di luar kebiasaan mungkin telah membantu menghilangkan momen rutinitas yang monoton. Setelah liburan, kembali ke kehidupan normal dengan segala tugas dan harapannya dapat terasa berat dan tidak menyenangkan.
Hal ini mungkin menjadi bagian dari apa yang berkontribusi terhadap post holiday blues. Karena, meskipun menyenangkan, liburan yang penuh dengan aktivitas menyenangkan merupakan pengalaman yang jarang dilakukan.
Secara umum, ada sejumlah hal yang memicu fenomena ini, yaitu:
- Tingginya ekspektasi selama musim liburan
- Pengeluaran berlebihan dan tekanan finansial
- Kontrasnya pengalaman antara keseruan liburan dan rutinitas sehari-hari
- Berkurangnya jam siang hari dan cuaca dingin, yang juga bisa memengaruhi suasana hati
- Menjadi sangat sibuk selama musim liburan
Tanda-tanda seseorang mengalami post holiday blues
Bagaimana bisa menentukan apakah Anda mengalami periode post holiday blues? Tanda-tanda yang muncul di setiap orang berbeda-beda satu sama lain. Namun, tanda-tanda tersebut tidak akan bertahan lama dan akan menghilang seiring berjalannya waktu dan kemampuan individu tersebut beradaptasi dan berkompromi.
Adapun tanda-tanda yang dimaksud antara lain cemas, tidak memiliki motivasi bekerja, mudah tersinggung, mudah marah, merasa tertekan, bersikap murung, tidur tidak nyenyak dan memiliki kekhawatiran terkait kondisi finansial ke depannya. Anda juga mungkin lebih banyak merenung, memikirkan masalah atau peristiwa yang terjadi selama musim liburan. Hal ini dapat memperburuk perasaan atau stres, kecemasan, dan kesedihan Anda.
Bagaimana menghadapi kondisi ini?
Jika memang Anda mengalami kondisi ini, tidak perlu panik karena ada banyak cara menghadapinya.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan meluangkan waktu untuk diri Anda sendiri. Ini berarti Anda memberi kesempatan untuk diri mengejar ketinggalan sebelum kembali ke rutinitas biasa. Menghindari penggunaan media sosial juga bisa mengubah mood Anda menjadi lebih baik. Sebagai gantinya, berbicaralah langsung dengan orang-orang terdekat Anda, baik melalui telepon atau bertatap muka secara langsung.
Lakukan perawatan diri untuk mengembalikan mood terbaik Anda. Aktivitas seperti pergi ke gym dan berolahraga, makan makanan sehat atau tidur yang cukup bisa menjadi langkah untuk diambil.
Anda juga harus pro-aktif menemukan cara mengatasi stres pasca-liburan. Dari menonton film komedi atau series favorit Anda, melakukan meditasi, yoga atau bahkan berbelanja bisa menjadi sejumlah cara untuk dipertimbangkan.
Ide lainnya adalah mendokumentasikan liburan Anda melalui jurnal atau foto, yang dapat menjadi pengingat akan pengalaman menyenangkan dan menyenangkan yang Anda alami selama berlibur. Cara lainnya adalah dengan detoksifikasi. Liburan adalah saat perayaan, dan sering kali merupakan saat di mana kita memanjakan diri dengan makanan dan minuman. Melakukan detoksifikasi setelah liburan dapat membantu Anda merasa lebih baik secara fisik dan mental, yang akan membantu melawan kesedihan pasca-liburan.
Namun, jika Anda merasa tidak satu pun dari strategi ini yang membantu, dan perasaan sedih pasca-liburan Anda semakin parah, Anda mungkin perlu mencari bantuan profesional.
Bisakah post holiday blues dicegah?
Tentu saja bisa. Pada intinya, persiapan menjadi hal yang utama. Namun, Anda harus tahu apa saja yang harus dipersiapkan untuk menghindari terjebak dalam kondisi ini.
Pertama, Anda harus menjadikan waktu untuk diri sendiri sebagai prioritas. Buat rencana waktu senggang ketika Anda dapat melakukan sesuatu yang Anda sukai, seperti membaca atau menonton film. Mengatur liburan akhir pekan bersama keluarga juga bisa memberi Anda waktu berkualitas bersama orang yang Anda cintai. Jadi Anda bisa bersantai dan tidak perlu khawatir untuk menghibur orang atau pergi ke acara yang tidak ingin Anda hadiri.
Selain itu, penting untuk melihat bagaimana Anda menghabiskan malam hari setelah bekerja dan memprioritaskan melakukan hal-hal yang Anda sukai. Dengan cara ini, Anda tetap dapat menikmati beberapa perayaan musim perayaan sambil memastikan Anda memiliki cukup waktu untuk diri sendiri.
Apakah kondisi ini bisa menjadi masalah serius?
Gejala kesedihan pada post holiday blues, seperti kesedihan, kurang motivasi, gangguan tidur, atau mudah tersinggung, mirip dengan depresi klinis. Jadi penting untuk mengetahui sudah berapa lama Anda mengalami depresi setelah liburan.
Kondisi depresi melibatkan suasana hati yang buruk hampir sepanjang hari selama dua minggu atau lebih. Sementara durasi post-holiday blues akan lebih singkat dan tidak terlalu merugikan kehidupan sehari-hari.
Jika perasaan sedih pasca-liburan mulai memengaruhi aktivitas sehari-hari Anda, seperti sulit bangun dari tempat tidur, pergi bekerja atau sekolah, meninggalkan rumah, menghabiskan waktu bersama orang lain, atau menyelesaikan tugas-tugas kecil, mungkin ada baiknya Anda meminta bantuan profesional.
Perasaan sedih pasca-liburan sebenarnya bisa menjadi tanda kondisi kesehatan mental yang lebih serius, seperti depresi atau kecemasan. Terapis Anda dapat mengevaluasi gejala Anda, membuat diagnosis, dan memberikan perawatan yang dapat membantu.