Dunia kerja merupakan sebuah tempat untuk resiliensi seseorang diuji. Menjadi seorang pekerja artinya anda sudah setuju untuk dapat melakukan setiap tanggung jawab yang dibebankan. Masalah demi masalah sering kali muncul untuk menguji kita setiap harinya. Para pekerja dengan resiliensi yang kokoh tidak akan mudah tumbang diterpa berbagai beban kerja dan kegagalan. Apakah anda sudah mengetahui sejauh apa kekuatan anda ketika masalah kerja menghampiri?
Memahami resiliensi yang tidak semua orang sadari
Bayangkan ketika suatu pagi anda berangkat ke kantor dan seorang teman anda memberitahu anda untuk menghadap ke ruangan atasan. Ternyata anda dipanggil karena blunder yang anda lakukan. Apa yang anda rasakan? Sedih? Kesal? Kecewa? Ingin menangis di pojokan? Perasaan itu sangat wajar, namun yang terpenting adalah apa yang akan anda lakukan setelahnya. Ini tentang bagaimana anda memandang kegagalan sebagai sebuah pengalaman berharga dan bangkit kembali itulah yang disebut resiliensi.
Menurut Heads Up, ketika kita berbicara tentang ketahanan atau resiliensi, ini berbicara tentang kemampuan untuk mengatasi pasang surut dan bangkit kembali dari tantangan. Kemampuan karyawan untuk mengelola apa pun mulai dari beban kerja yang berat hingga rekan kerja yang membuat frustasi.
Mengapa resiliensi diperlukan pada dunia kerja
Bekerja bersama dengan orang lain tentu memicu banyak dinamika yang kompleks. Mulai dari komunikasi verbal maupun nonverbal sering menjadi pemicu gesekan antar pekerja. Tidak jarang juga berbagai kegagalan yang menghiasi hari kerja, membuat kita menjadi down atau demotivated. Mengikuti keinginan hati yang sedang sedih memanglah mudah, namun hal itu datang dengan konsekuensi. Pekerjaan anda menjadi tidak terselesaikan dan mendapatkan teguran dari atasan. Ketika anda berusaha bangkit dari keterpurukan anda, hal ini akan membantu anda untuk menyelesaikan pekerjaan dan meningkatkan ketahanan mental anda
Meski begitu ekspresi sedih dan kecewa bukan berarti dihindari atau tidak perlu. Anda berhak untuk mengekspresikannya. Ambil waktu 5-10 menit untuk anda menumpahkan emosi. Namun setelah itu, katakan pada diri anda, “Hal itu sudah berlalu. Kita tidak bisa mengubah yang sudah terjadi.” Atur napas anda, tenangkan diri. Penting untuk menjaga ketenangan diri di tengah-tengah kesibukan yang berjalan. Ada fokus kerja yang harus anda pertahankan untuk menyelesaikan target.
Resiliensi membuat seseorang menjadi lebih optimal dalam berkarir
Menurut David Pich, CEO dari Institute of Managers and Leaders, resiliensi seseorang tidak hanya tentang menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Kemampuan seseorang bertahan juga berbicara tentang kemampuan untuk menemukan cara-cara bergerak maju. Hal ini kemudian akan membantu anda untuk tidak terjebak dalam situasi yang berpotensi ‘merusak’ kesejahteraan anda.
Berikut adalah cara-cara melatih resiliensi diri agar menjadi tahan banting dalam karir.
1. Mengenal dan memahami kesejahteraan emosional
Untuk memulai hal ini yang perlu anda lakukan adalah sadari dan kelola setiap emosi yang muncul. Ketika anda merasa marah, kecewa, atau sedih, coba untuk memberikan kontrol atas emosi tersebut. Tenangkan diri jika anda sedang marah dan hindari membuat keputusan ketika sedang marah. Hal ini perlahan akan membuat anda sadar faktor apa saja yang dapat membuat anda marah. Cara yang sama dapat diterapkan ketika anda sedih ataupun kecewa.
2. Networking dengan mereka yang sefrekuensi
Tidak selamanya beban perasaan anda baik untuk anda simpan sendiri. Ada kalanya anda mendapat berbagai solusi melalui network yang bervariasi. Berikan ruang untuk diri anda berdiskusi dengan teman kerja maupun diluar kerja untuk berbagi apa yang menjadi beban kerja. Lebih baiknya lagi, peluang untuk anda dapat bergabung dengan lingkungan kerja yang lebih sehat dan lebih bagus semakin terbuka lebar.
3. Terbuka pada pertumbuhan dan perkembangan diri
Sadari dan terima apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan anda. Lihat kegagalan sebagai peluang lainnya untuk anda belajar. Dengan pola pikir seperti ini, anda akan terdorong untuk tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih kuat.
4. Menciptakan Tempat Kerja yang Kondusif
Resiliensi tidak hanya tindakan antisipatif dan akan lebih baik jika anda melakukan tindakan preventif seperti menciptakan tempat kerja yang cocok bagi anda. Tempat kerja yang nyaman dan kondusif seperti coworking space dapat mencegah anda berada pada situasi yang merugikan ketika bekerja. Suasana pada coworking space memang didesain untuk bekerja dengan nyaman tanpa khawatir distraksi dan tingkat ergonomisnya. Temukan coworking space terdekat anda melalui Deskimo untuk rekomendasi terbaik dan anda cukup membayar sesuai durasi penggunaan saja.
Keuntungan bagi pekerja yang memiliki ketahanan kerja
Sebagai pekerja anda selalu diharapkan untuk dapat menjadi sosok yang versatile atau serba bisa. Terlepas kondisi emosional anda yang tidak menentu anda diharapkan untuk dapat selalu menyelesaikan tugas tepat waktu. Dengan resiliensi yang baik anda akan dengan mudah melalui hari yang kurang baik tersebut dan juga dalam jangka panjang akan menjauhkan anda dari berbagai masalah.
Berikut keuntungan bagi anda dengan ketahanan kerja yang baik
1. Tidak mudah burnout
Ketika anda sudah terbiasa dengan sebuah beban kerja dan rutinitas yang monoton, anda akan jarang mengalami burnout. Hal ini disebabkan karena anda toleransi pikiran dalam menahan sebuah beban relatif besar. Terlebih jika anda juga menerapkan cara kerja yang efektif dan memberikan porsi istirahat yang cukup bagi tubuh anda.
2. Melalui stres dengan lebih asertif
Dalam bekerja stres kerja sangatlah normal terjadi dan bukanlah sebuah hal buruk. Kemampuan kita dalam merespon menjadi kunci apakah stres tersebut berakhir dengan baik atau buruk. Orang dengan resiliensi tinggi dalam kerja, akan menganggap bahwa stres menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam hidupnya. Terlebih, respon terhadap stres akan cenderung asertif dan tidak destruktif. Jika anda stres anda akan lebih mencari ide positif seperti meditasi, mencari hiburan, dan istirahat. Jika anda tidak terbiasa melatih diri dalam merespon stres umumnya hal yang anda rasakan akan seperti turunnya motivasi, putus asa, hingga menyerah pada keadaan.
3. Terbuka pada saran, kritik, dan perubahan
Mereka yang tahan banting tentu akan sangat menerima dengan baik sebuah saran, kritik, dan perubahan. Bagi mereka hal tersebut adalah sebuah batu loncatan untuk maju menjadi lebih baik. Kritik yang pedas umumnya tidak akan membuat mereka down atau kecewa pada pemberinya. Orientasi dalam menanggapi sebuah kritik adalah untuk berbenah. Sehingga pertumbuhan positif lebih sering terjadi untuk memaksimalkan potensi diri dalam karir.
4. Lebih tenang menghadapi tekanan kerja
Teguran keras dari atasan, deadline yang pendek, dan beban kerja yang tidak ideal adalah sebuah hal yang sangat mungkin dialami pekerja. Terlebih jika suasana kerja tidak mendukung yang dapat menyebabkan produktivitas menurun. Bagi mereka yang resilien, tekanan seperti itu dapat dilalui dengan lebih tenang karena sudah siap dan terbiasa.