Banyak faktor dapat mempengaruhi relevansi return to office pasca pandemi. Sebelum pandemi sistem kerja masih mengikuti pengaturan jam kerja 9-5 dan keharusan bekerja dari kantor. Faktor kemacetan, work-life balance, hingga workplace freedom menjadi pertimbangan untuk menerapkan kembali bekerja full time di kantor atau tidak.
Dari segi menekan kerugian ekonomi Indonesia, kemacetan lalu lintas dinilai berkontribusi cukup signifikan. Jakarta menjadi kota terpadat dengan tingkat kemacetan yang menyita 174 jam tiap tahunnya pada tahun 2019. Sedangkan pada tahun 2020, termonitor ada pengurangan kemacetan yang hanya menyita 126 jam waktu produktif tiap tahunnya.
Lantas apakah flexible working tahun 2022 yang dapat menekan jumlah kemacetan menjadi lebih rendah bisa dijadikan dasar untuk menolak gagasan kembali ke kantor secara penuh?
Antusiasme beberapa instansi dalam menerapkan flexible workplace arrangement
Pada tahun 2020 Kementerian Keuangan mulai menerapkan new way of working yaitu flexible working arrangement (FWA) bagi ASN terpilih. Dinilai dapat menjadi solusi di tengah pandemi dan disatu sisi menjadi reward bagi pekerja dengan kinerja baik. Dapat disimpulkan bahwa di mata instansi seperti Kementrian Keuangan flexible working merupakan langkah tepat dalam meningkatkan performa pekerja di tengah pandemi.
Tidak berhenti hingga pada instansi pemerintahan saja, banyak perusahaan startup mulai beramai-ramai menawarkan “remote working” bagi beberapa divisinya. Tercatat ada lebih dari 50 perusahaan yang menawarkan kebijakan flexible working arrangement secara permanen bagi pekerjanya. Umumnya, bagi pekerja di tech industry terdapat lebih banyak kemudahan apabila pekerjanya bekerja dari mana saja. Mulai dari work-life balance yang lebih terjaga, hingga waktu kerja lebih banyak tanpa terpotong untuk menempuh perjalanan ke kantor.
Keinginan pemilik usaha untuk mendorong pekerjanya return to office pasca pandemi
Pada saat pandemi 2022 mulai landai jumlah penyebarannya, tidak sedikit pebisnis yang ingin menghidupkan kembali semangat kembali ke kantor. Melalui berbagai cara seperti menawarkan kompensasi lebih bagi pekerja yang ke kantor hingga memberikan fasilitas lebih di kantor.
Para pebisnis menilai bahwa kembalinya pekerja di kantor dapat meningkatkan operasional seperti sedia kala sebelum pandemi. Terdapat banyak kerugian yang harus ditutup pasca pandemi dengan mengefektifkan kembali penggunaan gedung kantor. Komunikasi dan kerja sama tim dinilai dapat terjadi lebih baik dan intensif apabila seluruh tim berada pada sebuah ruangan yang sama. Hal ini diharapkan dapat mengembalikan suasana kerja seperti sedia kala dengan pertemuan tatap muka selama jam kerja.
Meski begitu tetap ada sebagian besar pebisnis yang mengatur ulang sistem kerjanya agar lebih fleksibel dan mendukung sistem hybrid working bagi pekerjanya.
Mayoritas pekerja masih menginginkan flexible working dan sisanya bersedia return to office pasca pandemi
Survei dari Microsoft Corp secara global, menemukan bahwa sebanyak 83 persen pekerja di Indonesia menginginkan adanya opsi kerja fleksibel seperti Work From Home (WFH). Data tersebut membuktikan bahwa keinginan pekerja untuk dapat bekerja secara fleksibel agar terus diwujudkan. Pada sisi pekerja mereka menilai bahwa dapat bekerja pada waktu terbaik mereka selama Working From Anywhere (WFA). Begitu juga dalam menjaga fokus kerja dari berbagai distraksi. Para pekerja menilai bahwa kemudahan dalam berpindah lokasi kerja dapat meningkatkan performa kerja mereka.
Return to office pasca pandemi masih relevan bagi beberapa divisi khususnya operasional
Dapat diakui bahwa terdapat beberapa divisi yang wajib datang ke kantor untuk menjalankan operasional. Bentuk pekerjaan tersebut mengharuskan tim pada divisi operasional untuk hadir secara fisik ke kantor. Divisi ini juga yang paling sedikit terdampak dari pandemi, karena terkecualikan dari WFH pada puncak pandemi lalu. Sehingga terdapat sedikit perbedaan bagi divisi ini untuk kembali ke kantor maupun hybrid.
Bagi divisi lain yang sebelumnya mendapatkan porsi WFH lebih banyak juga memiliki orang-orang yang menyukai ide return to office. Umumnya mereka adalah orang yang memang menyukai suasana kantor dan berada satu ruangan dengan rekan kerja selama produktif seharian. Beberapa divisi tersebut adalah inventory, finance, security dan operations yang disaat bersamaan juga sangat dibutuhkan keberadaannya di kantor.
Cara pandang terhadap pekerjaan mulai bergeser
Perusahaan yang menawarkan sistem kerja fleksibel dinilai lebih menarik di mata para pekerja. Sebesar 78% generasi milenial lebih memilih untuk bekerja dengan sistem FWA. Para pekerja yang dulunya mungkin memprioritaskan kesejahteraan dalam bentuk bonus dan gaji tinggi kini mulai bergeser. Kesejahteraan dalam lingkungan kerja juga meliputi work-life balance yang dapat terwujud lebih baik ketika flexible working. Cara pandang mengenai tempat kerja sudah berubah, bekerja tidak lagi hanya bisa dilakukan di kantor saja. Flexible Working Arrangement (FWA) adalah sebuah gagasan untuk mengatur cara bekerja agar lebih fleksibel namun tetap dapat teratur dan terukur.
Banyak survei menyebutkan bahwa coworking area atau meeting room yang digunakan secara efektif, dapat meningkatkan produktivitas dan output kerja. Kantor sudah tidak lagi harus terpaku pada satu gedung, melainkan dapat terwujud dalam bentuk flexible workspace dengan metode hybrid.
Akhirnya pekerja tidak harus datang setiap hari ke kantor hanya untuk bekerja. Pekerjaan dapat dilakukan dimana saja dan kantor menjadi tempat untuk memberikan brief atau meeting besar.
Fokus kerja membutuhkan fleksibilitas dalam penerapannya
Jika Anda berada pada sebuah lingkungan kerja yang tidak kondusif tentu fokus kerja Anda mudah buyar. Meski begitu bukan sebuah alasan bagi Anda untuk tidak fokus apalagi resign. Masa kini pekerja diharapkan untuk lebih adaptif mengatur fokus baik dalam kantor maupun di luar kantor. Setiap tempat memiliki tingkat distraksi yang berbeda. Oleh karena itu fleksibilitas diperlukan. Hybrid working dipercaya dapat memberikan ruang untuk Anda menjaga fokus. Kemudahannya adalah dalam bentuk pemilihan tempat kerja yang lebih fleksibel dan juga tingkat distraksi yang lebih rendah.
Alternatif return to office pasca pandemi adalah hybrid working
Adaptasi hybrid working selama 2 tahun sudah cukup untuk membentuk kebiasaan hingga mindset pekerja untuk meninjau kembali gagasan return to office. Pemilik bisnis menginginkan full return to office, pekerja menginginkan fleksibilitas tinggi dalam bekerja. Solusinya adalah menarik garis tengah agar pekerja dapat bekerja secara fleksibel namun tetap berkoordinasi lebih baik apabila dibutuhkan untuk datang ke kantor.
Beberapa pertimbangan mengapa model kerja ini sangat mungkin menjadi terobosan model kerja masa kini:
1. Memaksimalkan waktu kerja tanpa mengambil porsi aktivitas lain
Hybrid working hanya membutuhkan kehadiran Anda ke kantor pada saat dibutuhkan dan menjadi kesepakatan tim. Selebihnya Anda diharapkan dapat bekerja secara mandiri di tempat kerja yang kondusif seperti coworking space atau serviced office dekat tempat tinggal Anda. Sehingga banyak waktu yang dapat Anda gunakan untuk beristirahat atau melakukan aktivitas lain. Sebab, waktu Anda yang biasanya dipakai menempuh perjalanan sangat banyak terpangkas. Pada akhirnya Anda dapat bekerja dengan energi terbaik dan memanfaatkan waktu setiap harinya dengan optimal.
2. Meeting menjadi lebih mindful dan meaningful
Meeting yang efektif dan terukur dinilai mendorong para membernya untuk lebih fokus dan merasa meeting lebih bermakna. Hybrid working mengharapkan Anda untuk mengalokasikan beberapa jam dari seminggu untuk rapat reguler bersama tim. Offline meeting dinilai masih berkontribusi sangat signifikan untuk tetap diadakan untuk membahas target kerja dan koordinasi yang lebih nyata. Terlebih, Anda akan terhindar dari zoom fatigue dengan adanya offline meeting.
3. Mendorong perusahaan dan pekerja untuk melakukan transformasi digital
Model kerja yang tidak mengharuskan Anda ke kantor pusat membutuhkan sebuah sistem yang baik untuk menunjang remote working. Perusahaan dan pekerja diharapkan dapat memaksimalkan penggunaan aplikasi penunjang hybrid working seperti slack untuk koordinasi dan fitur integrasi yang mungkin digunakan oleh perusahaan. Bagi perusahaan yang belum menggunakan platform tersebut akan terdorong untuk menggunakannya demi dapat menerapkan model kerja ini. Tujuannya adalah untuk memastikan setiap task dan pekerjanya terkoneksi secara harmonis secara online.
4. Mewujudkan work-life integration yang lebih baik dan ideal
Model kerja fleksibel ini mengajak Anda untuk lebih bijak dalam mengatur jadwal harian hingga mingguan Anda. Fleksibilitas kerja di mana saja yang ditawarkan memungkinkan Anda fokus kepada apa yang penting. Pendekatan gaya kerja remote ini dapat mendukung Anda memiliki waktu untuk aktivitas di luar kantor yang lebih optimal. Work-life integration memungkinkan Anda untuk memiliki room to grow yang lebih terjamin. Perkembangan diri Anda pada akhirnya juga akan berdampak positif bagi diri Anda dan juga perusahaan.