Beberapa tahun kebelakang pembahasan mengenai bisnis startup sudah sering kita dengar. Baik melalui media cetak maupun media elektronik. Bahkan banyak dari kolega Anda yang sudah memulai membangun milik mereka sendiri. Mereka dan orang-orang lainnya berlomba-lomba untuk dapat memecahkan permasalahan yang ada melalui teknologi. Namun, nyatanya banyak pemula dalam bisnis ini yang gagal dalam perjalanannya menuju kesuksesan. Kesalahan dalam membuat proyeksi bisnis ketika awal merintis menjadi salah satu penyebab kegagalan mereka.
Apa itu bisnis startup?
Pada mulanya startup diartikan sebagai bisnis rintisan yang umumnya berusia di bawah 5 tahun. Kini startup mengalami pergeseran makna. Startup sebagai usaha yang baru berjalan dan menerapkan teknologi dalam membuat solusi atas permasalahan yang menjadi penghalang pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Tantangan menjalankan bisnis startup?
1. Gagal untuk menemukan masalah
Startup lahir dari kepekaan atas masalah yang terjadi dalam masyarakat. Founder dan co-founder yang memiliki keresahan atas masalah tersebut bersepakat untuk membuat solusi yang diperkirakan bisa membantu orang banyak.
Ada kalanya pendiri startup itu sendiri merupakan orang yang mengalami masalah tersebut. Misalnya, Gojek. Nadiem Makarim mendapat ide soal Gojek berangkat dari masalah yang dialaminya sendiri. Dia ingin pergi kesuatu tempat namun susah dapet ojek. Sekalinya dapat, ia di patok harga mahal. Kemudian dia mulai langganan sama 1 ojek. Lalu dia bereksperimen. Minta tolong anter barang. Perlahan dia menambahkan daftar gojek kenalannya. Dia wawancara abang gojek buat tau juga keresahan yang mereka alami dari perspektif mereka.
Riset sangat diperlukan dalam tahap awal sebelum membangun bisnis startup. Tidak perlu teknologi canggih, tapi pada tahap ini perlu membuktikan masalah ini memang nyata, bukan hanya asumsi semata. Kenyataannya banyak startup yang dibangun dengan dasar masalah yang tidak kuat. Hal ini beresiko fatal. Apabila masalahnya saja tidak dapat dibuktikan, tentu solusinya sangat besar kemungkinannya juga tidak menjawab persoalan yang ada.
2. Solusi yang kurang sesuai dengan target market
Di tahap ini, penggiat startup sudah berhasil membuktikan masalahnya itu nyata. Namun, menemukan solusi yang tepat sasaran juga tidak mudah.
Kembali lagi ke cerita soal Nadiem Makarim dan perjalanannya membangun Gojek. Ia punya daftar ojek yang bisa dia percaya dan berbagai eksperimen sederhana serta wawancara dengan abang gojek dan teman-temannya. Untuk menjadikan ini bisnis, dia perlu membuktikan masalah dan solusi yang ditawarkan secara luas lagi. Dia buat call center, yang intinya menerima permintaan ojek, lalu dihubungkan ke ojek terdekat.
Dari sini kita belajar, mulanya solusi yang ditawarkan di awal tidak harus sempurna atau dengan teknologi canggih. Yang terpenting adalah solusi yang ditawarkan bisa mendapat jumlah volume traction yang besar. Artinya, solusi tersebut memang dibutuhkan oleh masyarakat. Setelah terbukti, barulah masuk ke tahap pembuatan minimum viable product (MVP).
3. Mendapatkan pendanaan untuk mengembangkan bisnis
Dalam beberapa survei menyatakan bahwa akses permodalan masih menjadi hambatan terbesar bagi startup di Indonesia. Sehingga banyak dari para pebisnis melakukan pencarian dana atau funding dari berbagai event untuk mendapatkan modal dari investor.
Sang founder bersama tim akan melakukan bootstrapping sebagai solusi untuk menjalankan bisnisnya ketika belum memiliki modal cukup. Mereka akan bekerja sesuai dengan kemampuan untuk kemudian mengisi peran yang dibutuhkan tanpa dibayar. Ketika mereka sudah mencapai sebuah berhasil membuat proposal yang solid dan most viable product, baru saat itulah mereka dapat menawarkan diri ke investor.
4. Mempekerjakan orang yang tepat
Memilih partner bisnis dan pekerja pada posisi tertentu tidaklah mudah. Minimnya pengetahuan teknologi tentu menjadi jarak untuk menemukan orang yang tepat. Berbeda dengan bisnis konvensional lainnya, startup memiliki cara kerja yang lebih tersistematis dengan sistem. Setiap pekerja diharapkan memiliki basic knowledge tentang menggunakan aplikasi penunjang pekerjaan remote.
Selain itu, dalam hal menemukan orang yang tepat dalam pengembangan MVP tentu juga sangatlah kompleks. Seorang CTO harus mencari talent dengan skill set yang sesuai dengan project dan budget. Belum lagi jika orang tersebut tidak terbiasa dengan pressure di startup tentu akan tidak lama baginya bergabung dengan anda.
5. Membangun work life balance
Sebagai founder sebuah startup work life balance anda seringkali terancam. Hal ini disebabkan jika sedang pada fase awal, kehidupan pribadi cenderung bercampur dengan pekerjaan. Bahkan, tempat tinggal anda sebagian dijadikan kantor. Tentu sangat sulit untuk membangun work life balance saat ini. Oleh karena itu berikan jarak antara kehidupan pribadi dan startup anda. Mulai dengan memberikan tempat khusus untuk anda bekerja mengembangkan startup. Salah satunya adalah dengan menggunakan ruang kerja bersama sebagai alternatif tempat kerja bersama tim.
Coworking space merupakan tempat yang cocok untuk memenuhi kebutuhan tempat kerja yang terjangkau. Disini Anda akan mengeluarkan biaya yang jauh lebih sedikit dibanding menyewa gedung kantor. Selain itu fasilitas dan suasana kerja kondusif akan jauh lebih terjaga dibandingkan dengan di rumah.
Solusi tempat ketika memulai bisnis startup
Kebutuhan akan tempat kerja yang layak akan meningkatkan produktivitas tim Anda. Bayangkan jika tim Anda harus bekerja pada lingkungan yang penuh distraksi dan minim fasilitas. Selain menghambat progress tentu juga akan mempengaruhi mood tim Anda. Memang pada saat fase memulai memaksimalkan sumber daya yang ada sangatlah dianjurkan. Sehingga pemilihan tempat kerja tim harus benar-benar dihitung efisiensinya.
Berada di kota besar di Indonesia memungkinkan Anda untuk menjangkau flexible workspace terdekat. Coworking space dinilai menjadi tempat terbaik bagi pebisnis memulai startup. Disamping biaya sewa yang terjangkau, terdapat berbagai keuntungan lain seperti lingkungan kerja yang kondusif dan ergonomis. Bersama dengan tim Anda dapat bekerja fleksibel sesuai dengan rencana yang telah Anda atur ketika menyewa ruang kerja bersama.
Keuntungan menggunakan coworking space bagi bisnis startup
Coworking space dikenal sebagai tempat kerja yang fleksibel dari segi penggunaan dan terjangkau dari segi biaya. Kemudahan tersebut merupakan jalur yang dapat dipilih untuk mengalokasikan biaya lebih pada pengembangan. Kolaborasi bersama tim juga lebih dapat Anda capai ketika berada di ruang kerja khusus ini. Efektivitas kerja dapat Anda pertahankan dengan memberikan model WFH pada pekerja pada tech industry dan model hybrid bagi divisi operasional. Penggunaan tempat kerja yang efektif tentu akan membuat kondisi keuangan bisnis jauh lebih sehat.
Menemukan coworking space yang cocok bagi bisnis startup
Di satu sisi menemukan tempat kerja nyaman dan terjangkau memang memberikan tantangan tersendiri. Mulai dari pencarian informasi mengenai sebuah workspace terdekat hingga biaya yang dikenakan. Cara termudah menemukan coworking space terdekat dengan informasi detail adalah dengan mengunjungi Deskimo atau mendownload aplikasinya disini.
Temukan berbagai hotdesk dan meeting room untuk menunjang bisnis Anda. Ada berbagai keuntungan sewa yang bisa Anda miliki ketika booking melalui Deskimo.